Digest · Life · School

Pilih-pilih SD Islam buat Aban! (part 1)

Yaampun nggak berasa banget Juli tahun depan Aban sudah 6.5 tahun. Sudah waktunya masuk SD!

Saat ini, Aban sekolah pagi di TKIT dekat rumah, kelas TK B. Lalu sepulang sekolah, lanjut ke Daycare sampai kami jemput di sore hari. Sementara Adek sudah mulai masuk kelas KB Kecil di Daycare. Sebenarnya di Daycare anak-anak ada kelas TK A & TK B juga, namun, saat ini tidak ada anak cowok yang sepantaran usia Aban – kebanyakan anak cowok di Daycare masih usia KB. Supaya Aban punya teman cowok sebaya, sejak kelas TK B, kami masukkan dia ke TKIT lain.

Eeeh tahu-tahu sudah waktunya cari SD aja. Sekarang pertanyaannya, masuk SD yang mana yhaaa *pening*

Sekolah Islam di Tangerang Selatan, tempat kami tinggal, itu ada buanyak banget. Dari yang harganya sangat terjangkau sampai yang formulir pendaftarannya aja di atas sejeti (diukir emas kali yaa formulir pendaftarannya >.<).

Kami memang keukeuh, untuk TK-SD harus yang berlandaskan Islam. Bukannya mau sok eksklusif atau intoleran, tapi menurut pandangan kami, pemahaman agama, kebiasaan beribadah, dan paling utamanya, adab-adab sesuai agama Islam, itu seyogyanya ditanamkan di usia dini. Di rumah, mungkin kami sebagai ortu tidak optimal mengajarkan aspek agama. Jadi kami butuh support berupa sekolah berlandaskan Islam, untuk mendidik anak-anak sesuai tuntunan agama.

Karena ya, cita-cita kami nggak muluk-muluk kok. Kami hanya berharap, Aban dan Adek kelak jadi orang yang lurus sesuai nilai agama Islam, dan bisa menjadi jariyah buat kami.

Nah, kami mulai deh cari-cari SD Islam yang sesuai kriteria mutlak kami, yakni:

  • Guru perempuan wajib berjilbab
  • Siswi SD preferably wajib berjilbab dan memakai pakaian panjang
  • Ada kegiatan sholat dhuha dan sholat zhuhur berjamaah
  • Lokasi di sekitar Pamulang mepet Ciputat mepet Ciater BSD (spesifik lol)
  • Biaya (uang pangkal dan SPP) sesuai budget kami

Dari saya pribadi, ada beberapa kriteria lain yang menjadi pertimbangan, di antaranya:

  • Jumlah murid per kelas maksimal 20 anak
  • Diutamakan jika ada 2 guru dalam 1 kelas, atau ada teacher assistant
  • Ada halaman dan lapangan bermain yang memadai
  • Tidak berorientasi akademis, SD should be fun!
  • Oleh karenanya, kalau bisa nggak ada PeEr hehe
  • TOILET BERSIH DAN NGGAK BAU! It’s a must!
  • Kalau bisa ada antar jemput
  • Akan lebih baik jika ada TK, jadi nanti Adek bisa lanjut TK di sana (dan dapat sibling discount ahaha)
  • Klik dengan guru, ambiance, dan siswa-siswa lain. Ini hanya bisa diketahui dengan survey langsung.

Dari beberapa kriteria di atas, ada beberapa SD yang kami survey:

  1. SD BINA CENDEKIA

Lokasinya di sekitar Kedaung, Pamulang. Gedung sekolahnya ada 2 unit, gedung TK/KB/Daycare & SD, dan bertempat di sebuah rumah yang guedeeee. Halaman luas, di unit TK ada playground semi outbond dan kolam renang segala. Jumlah murid dibatasi, per angkatan hanya ada 1 kelas, dan per kelas maksimal 20 siswa (pada kenyataannya, rerata jumlah siswa per kelas hanya sekitar 15 siswa) dengan 2 guru.

Kesan pertama saya adalah, this school is amazing!

Banyak hal yang membuat saya kagum dengan konsep Bina Cendekia. Pertama, nggak ada sekat tembok antar ruang kelas. Antar kelas hanya dibatasi papan tulis. Amaze banget, karena murid-murid terlihat tetap berkonsentrasi dan tidak terganggu dengan kegiatan di kelas sebelahnya. Kedua, sekolah ini menggunakan metode sentra sampai kelas 6 SD. Banyak TK & KB menggunakan atau mengadopsi metode sentra (termasuk daycare dan TK Aban) tapi sejauh ini, saya jarang menemukan metode sentra digunakan di jenjang SD. Buat saya ini poin plus banget.

Btw kalau ada yang mau baca-baca lebih lanjut soal metode Sentra, bisa cek di sini ya.

Sekolah Bina Cendekia juga menerima siswa ABK, maksimal 3 siswa per kelas. Saat ini ada siswa ABK yang menggunakan shadow teacher, tapi sebagian besar tidak. Saat survey, saya bertemu dengan siswa ABK kelas 2 yang sepertinya sedang ‘nggak mood’ tapi Bunda Guru bisa menenangkannya. Calming banget. Oiya, di sekolah ini Ibu Guru dipanggil Bunda dan Bapak Guru dipanggil Yanda. So sweet ya. Saat survey, saya dipandu oleh Ibu Hani, bagian keuangan Yayasan, dan terlihat juga bahwa beliau (serta guru-guru yang saya temui) sepertinya menyukai pekerjaan dan lingkungan pekerjaannya. Turn over guru juga tidak tinggi, menurut informasi Ibu Hani.

Saya sempat cari testimoni dari parents yang anaknya sekolah di SD Bina Cendekia, dan sepertinya reviewnya positif. Sekolah cukup mendukung kegiatan siswa terutama di bidang ekstra kurikuler dan intra kurikuler, nggak melulu akademis. Lulusan juga bisa diterima di SMP-SMP yang berkualitas cukup baik.

Dan satu lagi, saat googling, nggak sengaja saya ketemu blog dari founder Sekolah Bina Cendekia. Saya tersentuh membacanya, dan makin jatuh hati dengan sekolah ini.

Untuk foto fasilitas lebih detail soal Sekolah Bina Cendekia bisa dilihat di IG atau website mereka ya. My phone cam didn’t do justice hehe.

gedung SD
bagian dalam gedung SD. Open space
gedung TK, tidak jauh dari gedung SD
area bermain di halaman gedung TK

Ini rincian biaya SD Bina Cendekia untuk tahun ajaran 2024-2025. Tentunya masih ada diskon ya. Jika pelunasan di bulan Oktober, diskonnya 50%. Bulan-bulan selanjutnya, diskonnya lebih kecil. Ada sibling discount juga.

Meskipun saya suka sekali dengan sekolah ini, tapi tetap ada cons-nya buat kami, di antaranya:

  • Jam masuk sekolah 6.45, artinya paling telat Aban harus berangkat 6.30 dari rumah. Kami nggak yakin sanggup, apalagi di awal-awal
  • Lokasi sekolah walau jaraknya nggak terlalu jauh, tapi berlawanan arah dengan kantor saya & ayahnya. Artinya Aban harus naik jemputan sekolah. Hmm harus berangkat lebih awal lagi

Karena masih galau soal jam masuk sekolah, kami pun cari-cari SD lain lagi. Nanti akan dibahas di Part 2 ya! See you next post!

Leave a comment